Rabu, 13 Mei 2015

7 KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN DAN AMALAN SUNNAH NABI

Ramadhan adalan bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem penanggalan Islam). Bulan ini sangat istimewa bagi umat Islam karena terdapat banyak keutamaan di dalamnya. Ibarat petani, Bulan Ramadhan adalah saat panen raya. Dibaratkan panen raya disebabkan bulan ini merupakan waktu dimana berbagai amal kebaikan dilipat gandakan pahalanya jauh melebihi waktu-waktu diluar Ramadhan. Berikut merupakan keutamaan-keutamaan Bulan Ramadhan tersebut;
1.        Ramadhan adalah Bulan diturunkannya Al-Quran
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah 185).
2.        Bulan Pendidikan untuk Mencapai Ketaqwaan
“Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa (QS. Al Baqarah 183)
3.        Bulan Penuh Keberkahan 
“Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah. Allah mewajibkan kamu berpuasa, karena dibuka pintu- pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaitan- syaitan, serta akan dijumpai suatu malam yang nilainya lebih berharga dari seribu bulan. Barangsiapa yang tidak berhasil mem¬peroleh kebaikannya, sungguh tiadalah ia akan mendapatkan itu untuk selama-lamanya.” (HR Ahmad, An-Nasa’l, dan Baihaqi).
4.        Ramadhan Bulan Pengampunan Dosa
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR. Bukhari)
“Shalat yang lima waktu, dari jumat ke jumat, dan Ramadhan ke Ramadhan, merupakan penghapus dosa di antara mereka, jika dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
5.        Bulan Dilipatgandakanya Amal Sholeh
Khutbah Rasululah saw pada akhir bulan Sa`ban “Hai manusia, bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaung. Bulan yang didalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa. Qiyamullail disunnahkan. Barang siapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaikan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu,nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Bukhori-Muslim).
6.        Dibuka Pintu Surga, Ditutup Pintu Neraka
“Jika datang Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syetan dibelenggu.” (HR. Muslim).
7.        Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan yaitu Lailatul Qadar
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr 1-3)
Tujuh keutamaan tersebut merupakan sebuah keberkahan dan kerahmatan yang diberikan oleh Allah kepada hambanya, tetapi semua itu akan menjadi sebuah keutamaan apabila dijalankan dengan benar dan dengan menggunakan syarat-syarat yang sesuai dengan ketentuan yang sidah ditetapkan, mulai dari etika menjalankan puasa Ramadhan, menjauhi segala larangan-larangan yang dapat membatalkan puasa itu sendiri. Selain itu pula harus mengikuti estetika agar kemuliaan bulan Ramadhan itu semakin terasa bagi hamba-Nya yang beriman.
Untuk menjadikan bulan Ramadhan tersebut terasa kemuliaannya, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan menjalankan beberapa amalan yang menjadikan kita semakin dekat dan semakin di cintai oleh Allah. Beberapa amalan tersebut adalah sebagai berikut:
1.         Al-Qiyam/shalat malam/Tarawih
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta’ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا  وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS. Al-Furqan: 63-64)
Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidak pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan duduk.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘Anhu biasa melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian berkata kepada mereka, “al-shalah, al-Shalah.” Lalu beliau membaca:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaahaa: 132)
Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” (QS. Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma berkata, “Luar biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu” Ibnu Abi Hatim berkata, “Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur’an yang dikerjakan amirul Mukminin Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu sehingga beliau membaca Al-Qur’an dalam satu raka’at.”
Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya mengerjakannya bersama jama’ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin, karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya shalat sepanjang malam.” (HR. Ahlus Sunan)
2.        Bersedekah
Nabi SAW. sebagai teladan kita telah mencontohkan akhlak yang luar biasa yaitu kedermawanan. Hal itu semakin menjadi-jadi ketika bulan Ramadhan.
Ibnu ‘Abbas Radhiallahu ‘Anhuma, menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
Nabi SAW. adalah manusia yang paling dermawan, dan kedermawanannya semakin menjadi-jadi saat Ramadhan apalagi ketika Jibril menemuinya. Dan, Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dia bertadarus Al-Quran bersamanya. Maka, Rasulullah SAW. benar-benar sangat dermawan dengan kebaikan laksana angin yang berhembus. (HR. Bukhari No. 3220)
3.        Memberikan Makanan Buat Orang Yang Berbuka Puasa
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
Barang siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang berpuasa maka dia akan mendapatkan pahala sebagaimana orang tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang itu. (HR. At Tirmidzi No. 807, katanya: hasan shahih. Ahmad No. 21676, An-Nasa’i dalam As Sunan Al-Kubra No. 3332. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3952. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 6415. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan: hasan lighairih. Lihat ta’liq Musnad Ahmad No. 21676, Al-Bazzar dalam Musnadnya No. 3775)
Para ulama berbeda pendapat tentang batasan “memberikan makanan untuk berbuka”. Sebagian menilai itu adalah makanan yang mengenyangkan selayaknya makanan yang wajar. Sebagian lain mengatakan bahwa hal itu sudah cukup walau memberikan satu butir kurma dan seteguk air. Pendapat yang lebih kuat adalah –Wallahu A’lam- pendapat yang kedua, bahwa apa yang tertulis dalam hadits ini sudah mencukupi walau sekadar memberikan seteguk air minum dan sebutir kurma, sebab hal itu sudah cukup bagi seseorang dikatakan telah ifthar (berbuka puasa).
4.         Umrah pada bulan Ramadhan
Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
5.        Memperbanyak Doa
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوم
Ada tiga manusia yang doa mereka tidak akan ditolak: 1. Doa orang yang berpuasa sampai dia berbuka, 2. Pemimpin yang adil, 3. Doa orang teraniaya. (HR. At Tirmidzi No. 2526, 3598, katanya: hasan. Ibnu Hibban No. 7387, Imam Ibnul Mulqin mengatakan: “hadits ini shahih.” Lihat Badrul Munir, 5/152. Dishahihkan oleh Imam Al-Baihaqi. Lihat Shahih Kunuz As sunnah An-Nabawiyah, 1/85. Sementara Syaikh Al-Albani mendhaifkannya. Lihat Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 2526)
Berdoa di waktu berbuka puasa juga diajarkan oleh Nabi SAW. Berikut ini adalah doanya:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika sedang berbuka puasa dia membaca: “Dzahaba Azh Zhama’u wab talatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.” (HR. Abu Daud No. 2357, Al-Baihaqi dalam As Sunan Al-Kubra No. 7922, Ad-Daruquthni, 2/185, katanya: “isnadnya hasan.” An-Nasa’i dalam As sunan Al-Kubra No. 3329, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak No. 1536, katanya: “Shahih sesuai syarat Bukhari- Muslim”. Al-Bazzar No. 4395. Dihasankan Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ No. 4678)
Sedangkan doa berbuka puasa: Allahumma laka shumtu … dst, dengan berbagai macam versinya telah didhaifkan para ulama, baik yang dari jalur Muadz bin Zuhrah secara mursal, juga jalur Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. (Lihat Al-Hafizh Ibnu Hajar, At Talkhish Al-Habir, 2/444-445. Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, 1/62. Imam Abu Daud,Al-Maraasiil, 1/124, Imam Al-Haitsami, Majma’ Az Zawaid, 3/371. Syaikh Al-Albani juga mendhaifkan dalam berbagai kitabnya)
6.        Menyegerakan Berbuka Puasa
Dari ‘Amru bin Maimun Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كان أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم أعجل الناس إفطارا وأبطأهم سحورا
Para sahabat Muhammad SAW. adalah manusia yang paling bersegera dalam berbuka puasa, dan paling akhir dalam sahurnya. (HR. Al-Baihaqi dalam As Sunan Al-Kubra No. 7916. Al-Faryabi dalam Ash Shiyam No. 52. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf No. 9025)
Imam An-Nawawi mengatakan: “sanadnya shahih.” (Lihat Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, 6/362), begitu pula dishahihkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar, bahkan menurutnya keshahihan hadits tentang bersegera buka puasa dan mengakhirkan sahur adalah mutawatir. (Lihat Imam Al-‘Aini, ‘Umdatul Qari, 17/9. Imam Ibnu Hajar, Fathul Bari, 4/199).
7.         Duduk di Masjid Sampai Matahari Terbit
Adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Siapa shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna, sempurna.” (Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk menggapai derajat tinggi di surga.
8.        I’tikaf di – ‘Asyrul Awakhir
Dalilnya berdasarkan Al-Quran, As-Sunnah, dan Ijma’, yakni sebagai berikut:
وَلا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ
Janganlah kalian mencampuri mereka (Istri), sedang kalian sedang I’tikaf di masjid. (Al-Baqarah : 187)
Dari ‘Aisyah Radiallahu ‘Anha:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ
Bahwasanya Nabi SAW. beri’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliaudiwafatka Allah, kemudian istri-istrinya pun I’tikaf setelah itu. (HR. Bukhari, No. 2026, Muslim No. 1171, Abu Daud No. 2462. Ahmad No. 24613, dan lainnya)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي كُلِّ رَمَضَانٍ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الَّذِي قُبِضَ فِيهِ اعْتَكَفَ عِشْرِينَ يَوْمًا
Dahulu Nabi SAW. I’tikaf di setiap Ramadhan 10 hari, tatkala pada tahun beliau wafat,beliau I’tikaf 20 hari. (HR. Bukhari No. 694, Ahmad No. 8662, Ibnu Hibban No. 2228, Al-Baghawi No. 839, Abu Ya’la No. 5843, Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan, 2/53)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menceritakan adanya ijma’ tentang syariat I’tikaf:
وقد أجمع العلماء على أنه مشروع، فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم يعتكف في كل رمضان عشرة أيام، فلما كان العام الذي قبض فيه اعتكف عشرين يوما.
Ulama telah ijma’ bahwa I’tikaf adalah disyariatkan, Nabi SAW. beri’tikaf setiap Ramadhan 10 hari, dan 20 hari ketika tahun beliau wafat. (Fiqhus Sunnah, 1/475)
9.    Menghidupkan Lailatul Qadar
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ  وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadar: 1-3)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya. Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu’, “Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan datang.” (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim).
Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi’in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.
Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, “Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallammemerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27.” Dan Ubai bersumpah atas itu dengan mengatakan, “Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh RamadhanShallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau.”
Dari ‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:
 اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.” (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
Hukumnya
Hukumnya adalah sunnah alias tidak wajib, kecuali I’tikaf karena nazar. Kesunahan ini juga berlaku bagi kaum wanita, dengan syarat aman dari fitnah, dan izin dari walinya, dan masjidnya kondusif.
Imam Asy-Syaukani Rahimahullah mengatakan:
وقد وقع الإجماع على أنه ليس بواجب ، وعلى أنه لا يكون إلا في مسجد
Telah terjadi ijma’ bahwa I’tikaf bukan kewajiban, dan bahwa dia tidak bisa dilaksanakan kecuali di masjid. (Fathul Qadir, 1/245)
Namun jika ada seorang yang bernazar untuk beri’tikaf, maka wajib baginya beri’tikaf.
Khadimus Sunnah Asy Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan:
الاعتكاف ينقسم إلى مسنون وإلى واجب، فالمسنون ما تطوع به المسلم تقربا إلى الله، وطلبا لثوابه، واقتداء بالرسول صلوات الله وسلامه عليه، ويتأكد ذلك في العشر الاواخر من رمضان لما تقدم، والاعتكاف الواجب ما أوجبه المرء على نفسه، إما بالنذر المطلق، مثل أن يقول: لله علي أن أعتكف كذا، أو بالنذر المعلق كقوله: إن شفا الله مريضي لاعتكفن كذا. وفي صحيح البخاري أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” من نذر أن يطيع الله فليطعه “
I’tikaf terbagi menjadi dua bagian; sunah dan wajib. I’tikaf sunah adalah I’tikaf yang dilakukan secara suka rela oleh seorang muslim dalam rangka taqarrub ilallahi (mendekatkan diri kepada Allah), dalam rangka mencari pahala-Nya dan mengikuti sunah Rasulullah SAW. Hal itu ditekankan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan sebagaimana penjelasan sebelumnya.
I’tikaf wajib adalah apa-apa yang diwajibkan seseorang atas dirinya sendiri, baik karena nazar secara mutlak, seperti perkataan: wajib atasku untuk beri’tikaf sekian karena Allah. Atau karena nazar yang mu’alaq (terkait dengan sesuatu), seperti perkataan: jika Allah menyembuhkan penyakitku saya akan I’tikaf sekian ..
Dalam shahih Bukhari disebutkan, bahwa Nabi SAW. bersabda: “Barang siapa yang bernadzar untuk mentaati Allah maka taatilah (tunaikanlah).” (Fiqhus Sunnah, 1/475).
Selain dari beberapa amalan diatas yang menjadi anjuran dalam bulan puasa, maka seorang hamba pun juga harus menghindari beberapa pantangan yang harus dihindari dalam puasa bulaln Ramadhan. Di anatara pantangan tersebut adalah semua perbuatan yang dapat menjadikan puasa itu batal, dianataranya adalah iri, dengki, ghibah, dll, yang menjadikan seorang hamba semakin jauh dari Sang Penciptanya.
Demikian semua penjelasan dan ulasan tentang 7 Keutamaan Bulan Ramadhan dan amalan sunnah Nabi yang dapat kami sampaikan, apabila ada kekurangan dan kesalahan, itu semua datangnya dari kami pribadi. Hanya Allah yang Mahasempurna dan kepada-Nya kita semua bersandar dan berserah diri. Semuga dapat menjadikan manfaat sehingga kita semua dapat menjalankan ibadah puasa bulaln ini menjadi lebih baik sehingga bertambah pula keimanan dan kemuliaan bulan puasa itu sendiri. Wallahu a’alam bissowab.

Sumber: https://syamsul14.wordpress.com/2013/07/18/7-keutamaan-bulan-ramadhan-dan-amalan-sunnsah-nabi/ 
»»  READMORE...

Rabu, 15 April 2015

Jangan Pernah Menyerah dala Berdoa

Dalam Al Qur’an Allah Swt menjamin bahwa seluruh doa hambaNya pasti dikabulkan. Sebagaimana Allah Swt berfirman : “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (QS.40.Al Mu’min: 60)

Allah menjamin pengabulan setiap doa kita melalui janji-Nya dalam ayat tersebut. Janji itu jelas bersifat mutlak. Hanya saja dalam ayat tersebut Allah Swt tidak menjelaskan dengan kata-kata, “menurut permintaanmu, atau menurut waktu yang engkau kehendaki, atau menurut kehendakmu itu sendiri”.

Dalam hadits Rasutullah SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang berdoa, melainkan ia berada di antara salah satu dari 3 (tiga) kelompok ini: Kadang ia dipercepat sesuai dengan permintaannya, atau ditunda (diijabahnya) demi pahalanya, atau ia dihindarkan dari keburukan yang menimpanya.” (HR. Imam Ahmad dan AI-Hakim).

Dalam hadits lainnya disebutkan, Rasulullah Saw bersabda.”Doa di antara kalian bakal di ijabahi, sepanjang kalian tidak tergesa-gesa, (sampai akhirnya) seseorang mengatakan, “Aku telah berdoa, tapi tidak diijabahi untukku. “ (HR. Bukhari-Muslim)

Sahabatku,

Sayangnya kita sering kali putus asa dalam berdoa, karena kita merasa doa-doa kita belum diijabah oleh Allah Swt. Sikap menyerah dan putus asa itu disebabkan karena manusia tidak merasa yakin bahwa apa yang ia pinta melalui  doanya itu, akan benar-benar diijabah oleh Allah Swt.  Kita sering merasa bahwa Allah Swt itu adalah bawahan kita yang bisa kita perintahkan semau kita. Kita ingin doa kita segera terkabul dan kalau tidak terkabul kita ngambek gak mau berdoa lagi. Herannya kita lupa bahwa ijabah atau tidaknya suatu doa itu adalah Hak Prerogatif Allah semata, sama sekali bukan hak hamba, yang saleh sekalipun.

Dalam situasi keputusasaan itulah manusia sering tidak mau berdoa lagi, dan akhirnya ia kehilangan momen kehadirannya bersama Allah melalui doa.

Guru Sufi, Ibnu Athaillah as-Sakandari mengingatkan kepada kita semua agar kita tidak berputus asa dalam berdoa. Dalam Kitabnya yang terkenal “Al Hikam”,  Ibnu Athailah berkata,

“Tertundanya pemberian (pengabulan doa) setelah engkau mengulang-ulang permintaan (berdoa), janganlah membuatmu putus harapan. Allah menjamin dikabulkannya doa mahluknya sesuai dengan apa yang Allah pilih buatmu, bukan menurut apa yang engkau pilih sendiri, dan pada waktu yang Allah kehendaki, bukan pada waktu yang engkau ingini.”

Sebagai penutup silakan baca kisah seorang ibu penjual tempe di bawah ini yang saya peroleh dari seorang Ustadz teman saya.
Alkisah seorang perempuan tua pembuat tempe amat bersedih sebab tempenya belum jadi dan tentu ia tidak akan mendapat rezeki pada hari itu. Lalu diapun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Alloh, aku memohon kepada-Mu agar kedelai saya ini menjadi tempe, amin.”

Kemudian permpuan tua itu menekan-nekan bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya, lalu membuka sedikit bungkusan itu sambil berharap keajaiban kedelai itu menjadi tempe. Namun ia termenung seketika sebab kedelai itu masih tetap sama. Dia tidak putus asa. Sebelum keluar rumah dia berdoa kembali, “Ya Alloh, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara aku berjalan menuju pasar, karuniakanlah keajaiban ini untukku, jadikanlah tempe ini. Amin”. Sepanjang jalan tak lupa ia membaca doa dalam hatinya.

Sesampainya di pasar, segera diletakkan barangnya. Hatinya yakin kalau kedelainya sudah menjadi tempen. Iapun membuka bakulnya dan menekan-nekan setiap bungkusan tempenya. Perlahan dia membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat isinya. Apa yang terjadi? Tempenya masih belum jadi. Hatinya sedikit kecewa. Sementara hari semakin terang dan pasar sudah mulai sepi.

Dalam keadaan seperti itu dia tetap berdoa,”Ya Alloh, berikanlah penyelesaian yang terbaik untuk tempeku ini.” Tiba-tiba dia dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita yang kelihatan hendak pergi ke luar kota. “Maaf, apa ibu menjual tempe yang belum jadi? Dari tadi saya sudah pusing keliling pasar mencari, tapi masih belum ketemu juga. Saya akan bawa untuk oleh2 di Jakarta” .

Ia termenung dan takjub seketika, dan segera perempuan penjual tenpe itu berdoa dalam hati. “Ya Alloh, saat ini aku tidak ingin tempe ini jadi. Biarlah tempe ini masih seperti semula, Amin.” Sebelum dia menjawab pertanyaan wanita itu, dia membuka sedikit daun penutup tempenya. Ternyata memang benar tempenya masih belum jadi. Alhamdulillah, akhirnya dia mendapatkan rezeki dari tempe yang belum jadi itu.

Dari cerita diatas dapat diambil suatu hikmah, bahwa Tertundanya pengabulan doa setelah penjual tempe itu mengulang-ulang permintaan doanya, tidak membuat perempuan tua itu menyerah dan putus harapan. Karena ia yakin Allah pasti akan mengabulkannya sesuai kehendakNya, di waktu yang tepat menurutNya. Allah Swt pasti punya rencana, dan sebaik-baik rencana adalah rencana Allah Swt.

So, jika kita atau keluarga kita ditimpa suatu penyakit dan sudah berdoa memohon kesembuhan namun belum sembuh juga, atau jika bisnis kita gagal, rugi dan kita sudah berdoa namun belum untung juga, atau jika kita belum memiliki pasangan hidup dan sudah tiap hari berdoa agar segera mendapatkan pasangan namun belum dikabulkan, atau jika karir kita tidak beranjak maju sementara teman teman lain karirnya melejit meninggalkan kita atau jika rezeki/penghasilan kita tidak bertambah dan justru tergerus inflasi dan sudah berdoa namun ekonomi rumah tangga kita masih belum beranjak juga dst..dst…

Berdoalah terus kepada Yang Maha Kuasa, Yang Maha Kaya dan Yang Maha Segala-Nya, Pemilik sekalian Alam semesta, Allah Swt. Berdoalah terus kepadaNya sambil berharap dan yakin bahwa Allah pasti akan mengabulkan doa kita sesuai kehendakNya, di waktu yang DIA kehendaki, dengan cara Allah sendiri. Dan yakinlah bahwa Allah Swt pasti punya rencana yang terbaik buat kita, karena memang hanya DIA sebaik-baik yang membuat rencana. Jangan menyerah dan jangan putus asa dari rahmat Allah Swt.

Semoga kita dan anak keturunan kita termasuk ke dalam golongan orang2 yang senantiasa berdoa dan tidak akan pernah putus asa dalam berdoa serta tidak pernah menyiakan barang sehari untuk tidak berdoa kepadaNya dan tidak pernah putus asa dari rahmat Allah Swt. Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Semangat Pagi sahabatku, Selamat beraktifitas menjemput rezeki dan jangan lupa untuk saling berlomba dalam kebaikan dan saling berpesan dalam kebenaran dan kesabaran.

Untuk Anda yangg sedang dilanda musibah/sakit, Semoga Allah segera mengangkat musibah/ penyakitnya dan menggantinya dgn kesehatan dan kebahagiaan. Amin YRA

Semoga tulisan sederhana ini membawa manfaat bagi diri saya, keluarga dan kita semua. Amin YRA
Allahumma shali ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.
Terima kasih banyak, thank you n matur Syukran atas waktunya.
Bâraka Allâh fîkum. Amiin


Wassalamualaikum wr wb - Imam Puji Hartono (IPH)

Sumber :  http://www.percikaniman.org/category/artikel-islam/jangan-pernah-menyerah-dalam-berdoa
»»  READMORE...

Selasa, 03 Maret 2015

Bahaya Mencuri Menurut Islam

Rasulullah SAW bersabda,
“Orang yang sedang mencuri sesungguhnya ia dalam keadaan tidak beriman.” Rasulullah SAW juga menjelaskan, bahwa barang haram menyebabkan doa seseorang tidak dikabulkan oleh Allah SAW. Beliau bersabda: “Banyak orang yang berambut acak-acakan, berdebu dan ditolak oleh manusia dalam perjalanannya, makanannya sesuatu yang haram, pakaianya dari rizki yang haram, diberi makan dari sumber yang haram. Dia mengangkat tanganya sambil berdoa: Yaa Robb, Yaa Robb. Bagaimana bisa orang seperti ini dikabulkan doanya?”
Kita tentu berharap agar doa kita dikabulkan Allah SWT, cita-cita dan harapan kita diwujudkan Allah SWT. Maka untuk itu kita pun menjaga diri kita dari barang haram sekecil apapun itu. Karena rupanya selain doa yang tidak dikabulkan, amal ibadah kita pun bisa tidak diterima jika kita memiliki sesuatu yang haram meski sedikit jumlahnya. Rasulullah SAW menjelaskan hal ini didalam haditsnya:
“Barangsiapa yang memakan satu suapan dari barang haram, maka Allah tiada akan menerima amalnya selama empat puluh hari.”
“Barangsiapa yang membeli baju seharga sepuluh dirham, sedangkan uang tadi terdapat satu dirham yang haram, maka Allah tiada akan menerima amalnya selama empat puluh hari.”
Rasulullah SAW juga menjelaskan, bahwa Allah SWT melaknat orang yang mencuri sampai ia diberikan hukuman (atau bertaubat). Bukankah ini mengerikan, karena laknat siapakah yang lebih mengerikan daripada laknat Allah SWT?
Lalu bagaimana jika seseorang sudah terlanjur meninggal sedangkan ia masih menyimpan sesuatu yang bukan miliknya? Rasulullah SAW telah menjelaskan mengenai hal ini, berliau bersabda:
“Barangsiapa meninggal dan ia memegang harta milik orang lain, baik ia telah memberikan sesuatu darinya atau belum, maka dia seperti orang yang berhutang.”
Maksudnya, harta milik orang lain itu harus dikembalikan kepada pemiliknya agar orang yang meninggal ini selamat dari adzab akhirat.
Selain itu, mencuri juga bisa mendatangkan dosa lain yang berlipat-lipat banyaknya. Contohnya, A mencuri sandal B, lalu B mencuri sandal C, lalu C mencuri sandal D, dan begitu seterusnya. Maka A akan mendapatkan dosa seperti dosa B dan C dan D dan seterusnya, tanpa mengurangi dosa masing-masing. Hal ini disebut sebagai jariyatus suu’ atau dosa yang terus mengalir kepada orang yang menyebabkannya.
Siksa yang ditimpakan kepada pencuri yang tidak mau bertaubat itu berlaku di dunia dan akhirat. Bahkan di akhirat nanti, seorang pencuri akan dimasukkan kedalam neraka dan terancam tidak bisa memasuki surga.
Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang dagingnya tumbuh dari barang haram.”
Rasulullah SAW juga bersabda: “Setiap daging yang berasal dari sesuatu yang haram, maka daging itu lebih layak untuk menjadi santapan neraka.”
“Barangsiapa mengaku sesuatu yang bukan miliknya maka ia bukan dari golongan kami, dan hendaklah dia menempati tempat duduknya dari neraka.”
Na’udzu billahi min dzalik, kita berlindung kepada Allah dari yang demikian itu.
Mencuri juga dilarang menurut hukum, kejahatan mencuri dibahas dalam pasal 362 KHUP dengan ancaman penjara 5 tahun.

Lalu bagaimana caranya agar kita mampu menjaga diri kita dari barang haram? Caranya kita harus memiliki sifat ihsan, yaitu merasakan bahwa Allah SWT selalu mengawasi kita. Dengan sifat ini insya Allah dalam kondisi apapun kita tetap mampu menjaga kesucian diri.
Suatu hari Abdullah bin Dinar berjalan bersama Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA dari kota Madinah menuju kota Makkah. Di tengah perjalanan beliau bertemu dengan seorang anak gembala. Lalu timbul dalam hati Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA untuk menguji sejauh mana kejujuran dan keamanahan si anak gembala itu.

Beliau berkata, ”Wahai anak gembala, juallah kepadaku seekor anak kambing dari ternakmu itu!” ujar Amirul Mukminin. ”Aku hanya seorang budak,” jawab si gembala. Umar bin Khattab berkata lagi, ”Katakan saja nanti pada tuanmu bahwa anak kambing itu dimakan serigala.”

Anak gembala tersebut diam sejenak, ditatapnya wajah Amirul Mukminin, lalu keluar dari bibirnya perkataan yang menggetarkan hati Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA, ”Fa ainallah?” (Kurang lebih maknanya adalah, ”Jika Tuan menyuruh saya berbohong, lalu di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa siksa Allah itu pasti bagi para pendusta?”
Umar bin Khattab adalah seorang khalifah, pemimpin umat yang sangat berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah gentar menghadapi musuh. Akan tetapi, menghadapi anak gembala itu beliau gemetar, rasa takut menjalari seluruh tubuhnya, persendian-persendian tulangnya terasa lemah, kemudian beliau menangis. Menangis mendengar kalimat tauhid itu, yang mengingatkan pada keagungan Allah, dan tanggung jawabnya di hadapan Allah kelak.

Lalu dibawanya anak gembala yang berstatus budak itu kepada tuannya, kemudian ditebusnya, dan beliau berkata, ”Dengan kalimat tersebut (Fa ainallah?) telah kumerdekakan kamu dari perbudakan itu dan dengan kalimat itu pula insya Allah kamu akan merdeka di akhirat kelak.”
Peristiwa di atas jelas merupakan cermin jiwa yang ihsan, jiwa yang selalu merasakan pengawasan Allah SWT kapanpun dan dimanapun. Subhanallah.

Setan-setan yang terkutuk selalu berusaha menyesatkan kita umat Islam. Dengan berbagai cara mereka berusaha agar kita mencuri hak orang lain. Awalnya hanya niat mencuri, lalu niat ini dilaksanakan satu kali, lalu perbuatan ini diulangi lagi dan lagi, sampai akhirnya menjadi kebiasaan yang sulit disembuhkan.

Seorang ulama mengingatkan: Apabila didalam hatimu terbersit niat untuk melakukan sebuah dosa, maka berusahalah sekuat tenaga untuk menghilangkan niat buruk itu. Jika ternyata niat itu terlanjur menjelma menjadi sebuah perbuatan, maka berusahalah sekuat tenaga untuk tidak mengulangi perbuatan dosa itu. Namun jika ternyata terulang, maka berusahalah sekuat tenaga untuk menahan jangan sampai perbuatan dosa itu menjelma menjadi sebuah kebiasan

Sumber: mohmudzakkir74.wordpress.com
»»  READMORE...

Senin, 19 Januari 2015

Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam ISLAM

Sebagai mahasiswa terutama kita sebagai Mahasiswa Muslim, Kita harus menuntu ilmu, karena menuntut ilmu merupakan hal yang wajib sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah. Mahasiswa yang merupakan penurus generasi harus mempunyai ilmu yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk kepentingan umat. Berikut disajikan dasar hukum menuntut ilmu.

DASAR HUKUM MENUNTUT ILMU. 

1. Sebagai seorang Muslim tentunya kita tidak asing hadits dari Rasullulah SAW yang berbunyi :

‘MENUNTUT ILMU ITU HUKUMNYA WAJIB BAGI SETIAP MUSLIM LAKI-LAKI DAN MUSLIM PEREMPUAN, WAKTUNYA ADALAH DARI BUAIAN IBU (BAYI), SAMPAI MASUK LIANG KUBUR”  Hadits dari Rasul SAW yang sangat jelas sekali perintahnya, bahwa dalam Islam menuntut ilmu hukumnya adalah WAJIB yang artinya adalah, jika dikerjakan dan dilaksanakan kita akan mendapat PAHALA, jika diabaikan, disepelekan/tidak dilaksanakan kita akan mendapat DOSA.
Jadi permasalahan yang mendesak sekarang adalah, jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, marilah mumpung kita masih diberi kesempatan hidup oleh ALLAH SWT, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar dalam artian yang sesuai dengan Al-qur`an dan Hadits Shahih dari Rasullulah SAW, agar kita memperoleh petunjuk dan kebenaran dalam Islam yang diturunkan oleh ALLAH SWT melalui Rasulnya Muhammad SAW, sehingga kita dasar dalam beragama Islam tidak hanya menduga-duga atau berprasangka saja. Kita boleh berhenti menuntut ilmu, hanya jika kita sudah masuk liang kubur / MATI, jika kita sudah mati sudah tidak ada kewajiban lagi untuk menuntut ilmu. Jadi jika kita masih hidup, alangkah ironi dan naïf nya , jika kita mengaku sebagai seorang Muslim, tapi giliran ada yang mengajak untuk menuntut ilmu agama Islam tentang hukum-hukum ALLAH lewat kajian Al-qur`an dan Hadits Shahih merasa enggan dan berat sekali, dan banyak sekali alasan-alasan yang dilontarkan, seakan-akan mau hidup selamanya.
Subhanallah, sebelum terlambat marilah koreksi diri kita dan tanyakan dalam hati kita, jika kita sudah tahu bahwa menuntut ilmu dalam Islam hukumnya adalah wajib, dan ketika ada kesempatan dan ada orang yang mengajak untuk menuntut ilmu, kemudian kita menunda-nundanya bahkan menolaknya, sekarang pertanyaan besarnya adalah, “Masihkah pantaskah kita dihadapan ALLAH SWT, disebut sebagai seorang Muslim…


2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat Al-Ashr, yang berbunyi sbb : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati Supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4 (empat hal) yaitu


1. Iman, 2. Amal Shaleh, 3. Saling menasehati supaya mentaati kebenaran, 4. Saling menasehati supaya menetapi kesabaran.

Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus :

Agar mempunyai Iman, maka kita harus :

  • Memaksanya untuk bersungguh sungguh, mempelajari agama Islam yang benar dengan jalan menuntut ilmu dimana kita tidak akan memperoleh kebahagiaan didunia maupun akhirat kecuali dengan petunjuk agama Islam yang benar, karena Iman hanya bisa kita capai dengan belajar dan menuntut ilmu.

  • Memaksanya untuk bersungguh sungguh mengamalkannya untuk diri kita dalam kehidupan sehari-hari& setelah kita mengetahui ilmu yang kita pelajari.

  • Memaksanya untuk bersungguh-sungguh mendakwahkan dan menyampaikan serta mengajarkan kepada yang belum mengetahuinya (walaupun Cuma satu ayat), dan janganlah kita takut jika ada rintangan seperti ditolak, dimusuhi dan lain sebagainya, karena perintah yang keempat adalah, 

  • Memaksanya untuk bersungguh-sungguh bersabar terhadap kesukaran dan gangguan manusia dalam menyampaikan hukum-hukum ALLAH lewat Al-qur`an, dan hanya mengharap Ridho ALLAH SWT saja. 

Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar atau membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari kerugian, dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan dalam Surat Al-Ashr`. 

 

Tunggu apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-tunda lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang mengalami kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih belum menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika kelak di alam kubur / barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita menunggu entah berapa juta tahun lagi, hari kebangkitan seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut benar-benar menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam Surat Al-Ashr`, yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar artinya sesuai dengan Al-qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena seperti kata pepatah, kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan semoga kelak jika kita mati, akan termasuk dalam golongan orang-orang Muslim yang beruntung, Amin.. 

Sumber : http://yppdarussalam.blogspot.com

»»  READMORE...